Statistik

Yahoo bot last visit powered by MyPagerank.Net

Puisi - Puisi Soe Hok Gie (1942-1969)

Written By Footnote on 14/03/12 | 11.13
















MANDALAWANGI – PANGRANGO
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku
11.13 | 0 komentar | Read More

Biografi Soe Hok Gie ( 1942-1969)


Soe Hok Gie adalah Orang keturunan China yang lahir pada 17 Desember 1942. Seorang putra dari pasangan Soe Lie Pit —seorang novelis— dengan Nio Hoe An. Soe Hok Gie adalah anak keempat dari lima bersaudara keluarga Soe Lie Piet alias Salam Sutrawan, Soe Hok Gie merupakan adik dari Soe Hok Djie yang juga dikenal dengan nama Arief Budiman. Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta.

Sejak masih sekolah, Soe Hok Gie dan Soe Hok Djin sudah sering mengunjungi perpustakaan umum dan beberapa taman bacaan di pinggir-pinggir jalan di Jakarta. Menurut seseorang peneliti, sejak masih Sekolah Dasar (SD), Soe Hok Gie bahkan sudah membaca karya-karya sastra yang serius, seperti karya Pramoedya Ananta Toer. Mungkin karena Ayahnya juga seorang penulis, sehingga tak heran jika dia begitu dekat dengan sastra.

11.06 | 1 komentar | Read More

Telah Ku Tulis

Written By Footnote on 18/01/12 | 12.25

kutulis luka diatas batu kali
ketika banjir duka luap menggenang
lalu kubakar rinduku pada wajah kuali
ketika ingatanku padamu erang meradang
12.25 | 0 komentar | Read More

Untuk Perempuan Bermata Rembulan

sudah sering kita bernyanyi bersama
mungkin puluhan lagu sudah membahana
namun sampai detik ini aku tak pernah tahu
di chord apa yang tepat untuk setubuhi suaramu
12.23 | 0 komentar | Read More

You Take My Breath Away

Written By Footnote on 14/01/12 | 15.26

15.26 | 0 komentar | Read More

Aremania Gajayana

Dibalik Pagar Pembatas

15.15 | 1 komentar | Read More

Sajak Diantara Gerimis Merintik

kitik kitik
kembali menggelitik
apakah itu penyakit
entah apa yang terjangkit

Kitik Kitik
apa hujan atau hanya rintik
diluar dedaunan nggemerisik
hempas beberapa lembar plastik
13.22 | 0 komentar | Read More

Ketika Si "Aku" Jatuh Cinta

Dulu pernah aku berdiam dalam kata-kata
mencoba bernegosiasi dengan logika
yang tak hentinya memprotes agar aku berhenti mencintaimu
Sebab cinta yang tak berbalas itu taik kucing
tetapi tetap saja aku mencintaimu
13.20 | 0 komentar | Read More

Ketika dan Maka

Ketika Duryudana tidak meminta restu ibunya, Dewi Gandari, sebelum berperang melawan Pandawa, maka muncul ajaran filsafat "Kutukan ibu lebih hebat dari restunya".


Ketika Duryudana memerintah Hastinapura dengan lalim dan tamak, "Jika orang bersandar pada kejahatan, maka pintu kehancuran sudah terbuka". "Ketamakandan kelicikan dapat menghancurkan bangunan istana kebaikan".
13.18 | 0 komentar | Read More